Teror Drone AS "Lenyap" dari Pidato Presiden Pakistan
Perihal kebijakan luar negeri Pakistan, Zardari mengatakan, hal itu bertujuan untuk meningkatkan keamanan nasional, perdamaian, dan agenda ekonomi serta di saat bersamaan menjaga martabat, kedaulatan, dan kemerdekaan nasional.
"Kami menginginkan perdagangan, bukan bantuan.Kami telah membangkitkan kembali proyek-proyek energi transregional," kata Zardari sebagaimana dikutip The News.
Mengenai hubungan Pakistan dengan India, Zardari mengatakan bahwa proses dialog secara penuh dengan New Delhi telah dilanjutkan.
Mengenai isu Kashmir, Zardari mengatakan bahwa Pakistan menginginkan penyelesaian yang adil terhadap perselisihan Jammu dan Kashmir sejalan dengan resolusi-resolusi PBB dan tetap menghormati aspirasi dari rakyat Kashmir.
Dalam hal terorisme di Pakistan, Zardari bereaksi keras dan bersumpah bahwa Pakistan akan memerangi para militan hingga akhir. Ia juga menyebutkan mengenai pemecahan berupa negara Pakistan yang modern dan moderat, sama seperti visi dari Quaid-e-Azam (pemimpin besar) Muhammad Ali Jinnah.
"Kami tidak akan mengizinkan tanah kami dipergunakan untuk aktivitas teroris terhadap negara mana pun. Tidak akan," kata Zardari.
Akan tetapi, Zardari memperingatkan bahwa perang melawan militan mungkin akan berlangsung lama dan pahit. "Kami tidak akan mundur. Kami tak punya pilihan lain kecuali menang, dan kami akan segera meraihnya, insya Allah," tambah sang presiden.
Zardari juga bersumpah bahwa pemerintahannya akan menegakkan supremasi konstitusi dan parlemen.
"Kami tidak akan membiarkan siapa pun merebut kekuasaan yang menjadi milik parlemen," kata Zardari. Ia menambahkan, "Kami yakin semua lembaga negara harus bekerja berdasarkan wewenang yang diberikan kepada mereka seperti tertuang dalam konstitusi. Pemulihan konstitusi menunjukkan bahwa jika kita bisa mengatasi masalah politik, maka kita bisa selamat."
Desember lalu terungkap bahwa pemerintah Pakistan ternyata diam-diam menyetujui dilakukannya serangan drone meski di hadapan publik mengecam serangan rahasia CIA tersebut.
Hal itu terungkap dalam sejumlah telegram diplomatik yang disebarluaskan oleh situs pembocor rahasia WikiLeaks.
Terungkapnya perang rahasia Amerika Serikat di Pakistan akan membuat Presiden Asif Ali Zardari amat malu. Pasalnya, Zardari sejak lama membantah adanya kerja sama mendalam semacam itu dengan Washington karena khawatir hal itu akan membuat para gerilyawan menetang pemerintahannya yang lemah, demikian dilansir Telegraph.
Meski di hadapan umum kedua kubu menyebut penempatan pasukan AS sebagai isu yang dijauhi, sebuah telegram yang dikirimkan Anne Patterson, mantan duta besar AS untuk Islamabad, menyatakan bahwa Pakistan telah dua kali meminta para prajurit AS bergabung dengan pasukan garis depannya di Waziristan Utara dan Waziristan Selatan, kawasan-kawasan yang ditempati markas-markas Taliban dan al-Qaeda.
Dalam masing-masing kesempatan, Pakistan meminta bantuan Pasukan Khusus AS untuk memberikan data intelijen, pengawasan, dan mata-mata, termasuk rekaman video dari pesawat tanpa awak hingga pasukan darat.
Teror Drone AS "Lenyap" dari Pidato Presiden Pakistan
dunia . Dapatkan AKURNEWS versi HP di http://news.akur.asia.
Follow @akurnews
dunia . Dapatkan AKURNEWS versi HP di http://news.akur.asia.
Follow @akurnews
Apa komentar anda?