Perajin Blangkon Tetap Setia Berkarya
Di tengah dinamika kehidupan yang dijejali dengan pertarungan perdagangan dan jasa berbasis teknologi, di Desa Krajan, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah masih ada orang yang setia terhadap budaya Jawa. Ia seolah tidak terpengaruh oleh dinamika kehidupan yang serba instan dan cepat. Adalah Suyatno alias Kopral panggilan akrab di kampungnya. Salah satu perajin blangkon yang hingga kini hidup miskin, meski produk blangkon buatannya sering digunakan pejabat tinggi di Jakarta.
Suyatno sudah lebih dari 30 tahun menekuni profesi sebagai perajin blangkon Jawa. Dalam sehari Suyatno hanya mampu memproduksi maksimal 3 blangkon saja dengan harga jual antara Rp. 25.000,- hingga Rp.100.000,-. Dalam memasarkan produknya, Suyatno hanya mengandalkan pemasaran tradisional, yaitu menunggu adanya pembeli yang datang ke rumahnya. Jika dia memiliki modal, Suyatno akan bekerja, sedangkan jika tidak memiliki modal maka ia akan berhenti bekerja.
Suyatno mengaku dirinya senang dengan profesinya, karena bukan semata mencari penghasilan namun lebih untuk melestarikan budaya. Bagi Suyatno, blangkon memiliki filossofi yang tinggi, sebagaimana bentuk blangkon dalam hidup, manusia harus bisa mengesampingkan nafsu dan ambisi. Karena rejeki sudah ada yang mengaturnya.
Belajar dari filosofi blangkon ala Suyatno, kita dapat menarik benang merah, bahwa konsistensi dan sikap tidak mudah tergoda harta itulah yang mesti dijadikan pandangan para pelaku usaha. Karena ketekunanlah modal utama menjalankan usaha.
Perajin Blangkon Tetap Setia Berkarya
solo . Dapatkan AKURNEWS versi HP di http://news.akur.asia.
Follow @akurnews
solo . Dapatkan AKURNEWS versi HP di http://news.akur.asia.
Follow @akurnews
Apa komentar anda?