Menag: Maraknya Kelompok Sesat Alias "Sempalan" Acak-acak Islam
Suryadhama AliMenag prihatin maraknya aliran sesat.
Prosesi pertobatan tersebut dilakukan secara perwakilan oleh lima orang jamaah Ahmadiyah bersamaan dengan digelarnya sosialisasi Pergub nomor 12 tentang Larangan Aktivitas Jemaah Ahmadiyah di Graha Intan Balarea, Garut kota, Rabu.
Ketua MUI Kecamatan Cisurupan H Awan Sanusi mengatakan 38 orang dari 16 Kepala Keluarga yang tersebar di Kecamatan Cisurupan sudah menyatakan diri taubat berdasarkan keinginan sendiri.
"Sekarang di Kecamatan Cisurupan sudah tidak ada lagi jemaah Ahmadiyah, semua sudah kembali ke Islam," kata Awan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut.
Menurut dia kembalinya para jemaah Ahmadiyah pada ajaran agama Islam didukung dengan kondisi lingkungan masyarakat Cisurupan yang kuat memegang teguh ajaran Islam.
Selain itu, masjid Ahmadiyah yang berada di Kecamatan Cisurupan kondisinya sudah rusak, menurut Awan, situasi tersebut salah satu memicu jemaah Ahmadiyah memilih bertaubat dan menekuni ajaran agama Islam sebenarnya dan bergabung dengan masyarakat pada umumnya.
"Masjid Ahmadiyah pada tahun 2007 sudah tidak ada, sejak itu sebagian dari mereka (jemaah Ahmadiyah) ada yang pindah dan sebagian lagi sekarang memilih taubat," katanya.
Ahmadiyah masuk ke Kecamatan Cisurupan, kata Awan, berdasarkan pengakuan dari para jemaah Ahmadiyah diprediksi sejak tahun 1990-an oleh dua tokoh Ahmadiyah yang menyebarkannya.
"Dulu yang menyebarkannya ada dua tokoh mengajak masyarakat Cisurupan masuk Ahmadiyah, dan sekarang alhamdulilah sudah tidak ada," kata Awan didampingi Camat Cisurupan Imam Prayogi.
Lima jemaah Ahmadiyah yang menyatakan tobat pada rangkaian kegiatan sosialisasi Pergub itu, yakni Rohimat (55) Encu (65) dan Ny Siti Nurjanah (45) Ny Juju (46) dan Ny Cicih (55) kelimanya warga Kampung Pangauban, Desa Pamulihan, Kecamatan Cisurupan.
Proses pertaubatan dipimpin langsung Ketua MUI Garut KH Agus Solehudin dengan menyatakan ikrar dan membaca kalimat syahadat disaksikan Bupati Garut, Aceng M Fikri, unsur, para camat se-Kabupaten Garut, tokoh agama, ormas Islam, serta instansi dan lembaga pemerintah dan swasta dan para tamu undangan.
Salah seorang mantan jemaah Ahmadiyah Rohimat menyatakan pertaubatan tersebut berdasarkan keinginan sendiri dan tidak ada paksaan permintaan untuk bertaubat dari pihak lain.
"Keinginan pribadi saja, tidak ada paksaan ini atas nama kemauan sendiri, dari jemaah lain juga tidak ada ancaman," katanya yang mengaku masuk ajaran Ahmadiyah sejak tahun 1990-an.
Sementara itu, Menteri Agama Suryadharma Ali mengaku prihatin terhadap maraknya aliran sesat di tengah masyarakat, karena kelompok sesat atau pun sempalan itu menyatakan sebagai umat Islam, tapi di dalamnya justru mengacak-acak Islam.
"Rusaknya akhlak dan moral generasi muda dan maraknya aliran sesat itu menunjukkan kekosongan dakwah yang dimanfaatkan oleh sekelompok orang," katanya di hadapan ribuan ibu-ibu majelis taklim yang memadati Istora Senayan, saat peluncuran program Gerakan Masyarakat Magrib Mengaji (Gemmar Mengaji) di Istora Senayan, Jakarta.
Ia mengajak seluruh komponen untuk hijrah dari fanatisme golongan dan mahzab, dan mencegah permusuhan di antara umat.
"Kebebasan dalam bergama, itu harus ada batasnya. Kebebasan, tidak boleh menghina dan acak-acak kitab suci agama lain. Nabi terakhir adalah Muhammad, dan tidak ada lagi nabi lagi. Begitu juga kitab suci Al quran," katanya.
"Maka program Gerakan Masyarakat Magrib Mengaji itu untuk cegah masuknya pemikiran/ paham ajaran sesat dan mencegah rusaknya akhlak generasi muda," ungkap Menteri Agama Suryadharma Ali.

Menag: Maraknya Kelompok Sesat Alias "Sempalan" Acak-acak Islam
nasional . Dapatkan AKURNEWS versi HP di http://news.akur.asia.
Follow @akurnews
nasional . Dapatkan AKURNEWS versi HP di http://news.akur.asia.
Follow @akurnews
Apa komentar anda?





