Zainab al-Hosni Ternyata Masih Hidup

Wanita bernama Zainab al-Hosni mendadak muncul di televisi pemerintah Suriah pada hari Rabu (5/10) dalam sebuah wawancara yang dirancang untuk membantah laporan kelompok hak asasi manusia Internasional dan aktivis Suriah, bulan lalu bahwa wanita berusia 18 tahun tersebut ditemukan tewas dan dimutilasi setelah penahanannya.

Saat itu aktivis juga mengatakan bahwa Hosni merupakan wanita pertama yang mati dalam tahanan Suriah sejak pemberontakan terhadap Presiden Suriah Bashar Assad dimulai pada pertengahan Maret lalu. Bahkan sejumlah saksi dan kantor hak asasi manusia PBB menyebutkan bahwa hal itu adalah taktik baru yang menakutkan untuk balas dendam terhadap keluarga demonstran.

Tetapi pada Rabu, TV Suriah menunjukkan seorang wanita muda berpakaian hitam yang mengidentifikasi dirinya sebagai Zainab al-Hosni, 18 tahun dari Homs . Wanita tersebut mengatakan dirinya kabur dari rumah keluarganya akhir Juli lalu, akibat saudara laki-lakinya diduga telah menyiksanya.

Dalam siaran tersebut al-Hosni mengaku dirinya memutuskan untuk berbicara, setelah mendengar di TV bahwa ia telah ditangkap dan dipenggal. Al-Hosni juga mengaku bahwa keluarganya tidak tahu dirinya masih hidup dan akan meminta pengampunan pada ibunya.

Sebelumnya, kematian al-Hosni dengan cepat menjadi simbol lain pemberontakan Suriah, dimana pengunjuk rasa di Homs memanggil dirinya sebagai "bunga Suriah."

Kini, pihak berwenang Suriah menyalahkan kerusuhan di negaranya akibat ulah geng bersenjata dan ekstrimis. Pemerintah Suriah menuduh beberapa saluran televisi Arab telah melakukan penyiaran berita palsu untuk memicu protes dan mengaduk-aduk emosi pendemo anti-pemerintah.

Di sisi lain, Pemerintah Suriah tetap melarang wartawan asing dan menetapkan pembatasan pada berita lokal, sehingga sulit untuk memverifikasi secara independen peristiwa di negara tersebut.

Media pemerintah memiliki banyak waktu dan sumber daya untuk membantah apa yang dikatakan bahwa media asing cuma karangan dan memberitakan kebohongan. Sementara, tidak ada media independen atau yang pro-oposisi berlokasi di Suriah. (dun/ika)